
Kekerasan masa kecil berisiko sebabkan autoimun
Studi baru menunjukkan bahwa kekerasan masa kecil dapat meningkatkan risiko terkena penyakit autoimun di masa dewasa. Penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di University of California, San Francisco menemukan bahwa anak-anak yang mengalami kekerasan fisik, emosional, atau seksual memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan autoimun di kemudian hari.
Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri. Contohnya adalah lupus, rheumatoid arthritis, dan penyakit Hashimoto. Para peneliti menemukan bahwa stres yang disebabkan oleh kekerasan masa kecil dapat menyebabkan perubahan pada sistem kekebalan tubuh sehingga meningkatkan risiko terkena penyakit autoimun.
Studi ini melibatkan ribuan partisipan yang dilakukan selama bertahun-tahun. Para ilmuwan menemukan bahwa anak-anak yang mengalami kekerasan masa kecil memiliki tingkat inflamasi yang lebih tinggi dan respons imun yang tidak seimbang, yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit autoimun di kemudian hari.
Selain itu, kekerasan masa kecil juga dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mental dan emosional seseorang. Anak-anak yang mengalami kekerasan seringkali mengalami masalah psikologis seperti depresi, kecemasan, dan PTSD. Hal ini juga dapat berkontribusi pada risiko terkena penyakit autoimun di masa dewasa.
Para peneliti menekankan pentingnya untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah kekerasan masa kecil sejak dini. Mendukung korban kekerasan dengan memberikan dukungan emosional dan psikologis dapat membantu mengurangi risiko terkena penyakit autoimun di kemudian hari.
Dengan demikian, kesadaran akan dampak kekerasan masa kecil terhadap kesehatan fisik dan mental sangat penting. Para orang tua, pendidik, dan profesional kesehatan perlu bekerja sama untuk mencegah dan mengatasi kekerasan masa kecil guna melindungi generasi muda dari risiko penyakit autoimun dan masalah kesehatan lainnya.